Putin Dan Xi Meletakkan Fondasi Tatanan Dunia Baru, Berikut 3 Strateginya

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Xi Jinping bakal meletakkan fondasi tatanan bumi baru. Foto/X/@KremlinRussia_E

MOSKOW - Presiden Vladimir Putin bakal berjamu ke Beijing minggu ini untuk menghadiri upacara peringatan 80 tahun kemenangan Perang Dunia II di front Asia. Bagi China, peringatan ini lebih dari sekadar ritual sejarah.

Peringatan ini merupakan puncak perjuangan selama seabad melawan kekuasaan asing, dari Perang Candu di pertengahan abad ke-19 hingga kekalahan Jepang pada tahun 1945. Pengakuan publik Rusia atas perjuangan tersebut – dan pengorbanan rakyat China – mempunyai berat simbolis nan sangat besar bagi Beijing.

Namun kunjungan Putin bukan sekadar isyarat sejarah. Kunjungan ini merupakan sinyal persatuan. Rusia dan Tiongkok menghadirkan visi berbareng kepada dunia, baik tentang masa lampau maupun masa depan. Bagi negara-negara berkembang, kunjungan ini menggarisbawahi adanya pengganti bagi hegemoni Barat. Bagi Barat, kunjungan ini menjadi pengingat bahwa pengganti ini tidak dapat diabaikan.

Upaya pemerintahan Trump untuk memisahkan Moskow dan Beijing mungkin merupakan kesempatan terakhir Washington untuk mempertahankan supremasi dunia nan tak terbantahkan. Kesempatan itu telah sirna. Pada tahun 2025, koordinasi kebijakan luar negeri Rusia-Tiongkok bakal lebih erat daripada titik mana pun dalam separuh abad terakhir, dan kunjungan Putin ke Beijing bakal memperkuat realita tersebut.

Putin dan Xi Meletakkan Fondasi Tatanan Dunia Baru, Berikut 3 Strateginya

1. Ukraina di Meja Perundingan

Perang di Ukraina mau tidak mau bakal menjadi pusat obrolan Putin dengan Xi Jinping. China mau memainkan peran nan lebih aktif dalam membentuk penyelesaian, peran nan sejalan dengan kepentingan Rusia. Puluhan pemerintah Barat telah terlibat secara emosional dan politik dalam support harian untuk Kiev.

Sebaliknya, Moskow mencari support publik dari mitra BRICS-nya, terutama Tiongkok. Pengaruh Beijing dalam perdagangan dunia memberinya perangkat untuk melunakkan sikap garang Uni Eropa. Dan para pemimpin Tiongkok memahami bahwa perdebatan saat ini tentang Ukraina bukan hanya tentang wilayah di Eropa Timur – melainkan negosiasi tentang tatanan bumi nan sedang berkembang.

"Tatanan itu tidak bakal stabil selain ketiga negara adikuasa nuklir – Rusia, China, dan Amerika Serikat – terlibat dalam pembentukannya," kata Kirill Babaev, kepala Institut China dan Asia Modern di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, dilansir RT.

Baca Juga: Mengapa Perang Ukraina Terus Berlanjut?

2. Dewan Keamanan nan Terlupakan

Moskow dan Beijing juga mau kembali memusatkan politik bumi pada Dewan Keamanan PBB, nan dalam beberapa tahun terakhir telah diabaikan oleh Barat. Posisi berbareng Rusia-Tiongkok dapat memulihkan relevansi badan tersebut dan memberikan jangkar kelembagaan bagi bumi multipolar. Apakah Amerika Serikat memilih untuk terlibat adalah pertanyaan lain.

Selengkapnya